PENGERTIAN
IMAN MENURUT MURJI’AH
DAN
BANTAHAN AHLU SUNNAH WAL-JAMA’AH TERHADAPNYA
Pengertian iman menurut murji’ah adalah ketetapan dengan hati dan
pengucapan dengan lisan serta pengamalan dengan anggota badan. Akan tetapi
menurut mereka bahwa amal adalah syarat sempurnanya iman bukan syarat syahnya iman.
menurut mereka bahwa amal adalah syarat sempurnanya iman bukan syarat syahnya iman.
Para ulama salaf menbantah keras terhadap pikiran ini. karena
mur’jiah mengeluarkan amal dari iman. Padahal amal adalah bagian dari iman.
Tidak ada iman tanpa amal seperti halnya tidak ada anak tanpa ibu. Dalil bahwa
amal termasuk dari iman adalah banyak sekali. Diantarnya:
Pertama: Al-jahmiyah (pengikut
Al-jahm bin sofwan). Mereka mengatakan bahwa iman adalah ma’rifatul qalb saja. Jika seorang yakin
dengan hati maka tidak akan membahayakan iman sekalipun melakukan kekukufuran
atau mengatakan kekufuran.
Maka kita akan
membantah pikiran jahmiyah ini dengan dalil. Jika betul iman hanya dngan
pengetahuan hati saja maka berari kaum kafir kurais adalah beriman. Karena jika
mereka ditanya siapakah yang menciptakan langit dan bumi maka mereka akan
mengatakan : “allah”
{وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ}
Artinya:
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan
kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu
mereka akan menjawab: "Allah." Katakanlah : "Segala puji bagi
Allah" (Q.S luqman: 25)
Mereka mengetahui bahwa allah adlah
encipta, pemberi rizki dan yang mengatur segala sesuatu. mengetahui akan hal
itu akan tetapi perbuatan dn perkataan mereka tidk menunjukkan bahwa mereka
percaya akan itu. Oleh karena itu allah menamakan mereka dengan kaum fasid,
kaum kafir pada hal mereka tau bahwa allah adalah pencipta dan maha segalanya.
Akan tetapi iman mereka ini adalah iman juz’I dan allah tidak menerima iman
yang setengah-setenhan. Allah hanya menerima iman yang sempurna bukan iman
kepad sebagian yang diturunkan allah dan ingkar terhadap sebahagian yang lain.
Oleh karena itu allah berfirman
{وَمَا
يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ}
Artinya:
“Dan sebahagian besar dari mereka tidak
beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan
sembahan-sembahan lain).(Q.S yusuf: 106)
Adapun
iman yang bercampur syirik maka itu tidak akan diterima. Iman harus seiring
tengan ingkar terhadap thogut. Sebagaimana allah subuhanahu wata’ala berfirman:
{ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ
بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا
وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ}
Artinya:
“barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut
dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui..(Q.S Al-Baqarah: 256)
Maka
tidak akan sah iman seseorang kecuali harus keyakinan dengan hati, di ucapkan
dengan bibir kemuan diamalkan dengan anggota badan. Beriman kepada allah dan
ingkar kepada semua bentuk thogut. Itulah iman yang akan diterima allah. Dan
dengan itulah seorang dikatakan mukmin.
Oleh
karena itulah jahm ibnu sofwan dan Ja’ad ibnu dirham dihukumi murtad oleh para
ulama disaat itu dikarenaan mereka beriman kepada sebahagian yang telah
diturunkan allah dn ingkar kepda sebhagian yang lain. Oleh karena itu khalih
umawiyah khalid bin abdullah al-0qasri menyembelih ja’ad ibnu dirham didepan jama’ah shalat
‘iduh adha, karena ia berkeyakinan bahwa allah tidak menjadikan nabi ibrahim
‘alaihi wasallam khalil dan berkeyakinan bahwa allah tidak pernah ngomong
langsung dengan nabi musa alaihi wasallam.
Begitupun
iblis mengetahui allah dan beriman dalam hatinya bahwa allah itu ada, allahlah
yang menciptakan segqla sesuatu dan mengatur segala sesuatu, sebagiman allah
berfirman:
{قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ
أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ}
Artinya:
“Iblis menjawab: "Demi kekuasaan
Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.(Q.S
shood: 82-83)
Dia
bersumpah atah kemuliaan allah, berarti dia tau akan kemuliaan allah. Iblis
juga berkata sebagaimana dalam firman allah:
{قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ }
Artinya:
“Iblis menjawab: "Beri tangguhlah
saya[529] sampai waktu mereka dibangkitkan. Allah berfirman:
"Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh".(Q.S
Al-A’raf : 14-15)
Iblis
mengetahu akan adlanya alllah atau tidak?? Jawbanya “iya” akan tetapi itu tidak
cukup dengan keyakinan hati saja. Keyakin hati, ucapan lisan dan amal anggota
badn adalah tiga komponen yang tidak bisa dipisahkan. Apabila satunya hilang
maka hilanglah iman. Oleh karena itulah allah menamakan kaum kafir quraiys
dengan musyrikin dan menamakan iblis dengan kafir. Karena keimanan mereka tidak
seperti yang diharapkn allah.
Kedua:
al-karramiyah: pengikut ibnu karram. Mereka mengatakan bahwa iman adlah
perkataan dengan lisan saja.
Tidak
mensyaratkan amal dan juga tidak mensyaratkan keyakinan dengan hati.
Mmmaka
kita membantah pikiran ini dengan dalil. Apabila betul bahwa iman hanya ucapan
dnegan lisan saja tanpa amal dan keyakinan dnegan hati maka berarti orng-orang
munafik adalah juga beriman karena mereka berkata dengan lisan mereka.
Sebagaimana dalam firman allah:
{إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا
نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ
وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ}
Artinya:
“Apabila orang-orang munafik datang
kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul Allah." Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang
munafik itu benar-benar orang pendusta “.(Q.S
Al-munafiqun : 1)
Orang-ornag
munafik mengucapkan dengan lisan mereka syahadatain tapi dlm keadaan yang
bersamaan allah berfirman:
{إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ
الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ}
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu
(ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.”
(Q.S An-nisa: 145)
Mereka
disaksikan allah dengan neraka. Bahkan mereka lebih bahaya dari dari
orang-orang kafir
Ketiga:
murji’atul fuqahaa’
Dan
inilah yang pertama kali muncul dari ketika golongan mur;jiah itu kemudian
jahmiyah dan kemudian al-karramiyyah. Sebagian ulama menakamakan denagn
fuqaha’ul murji’ah. Mereka mengatakan bahwa iman adalah keyakinan dengan hati
dan ucapan dengan lisan akapn tetapi amal tidak ada kaitanya dnegan iman.
Mereka mengeluarkan amal dari iman mnjadikan amal sebagai syarat sempurnanya
iman bukan syarat syahnya iman.
Dinamakn
dengan murji’atul fuqaha’ karena yang jatuh pada pikiran ini adalah sekelompok
ulama fiqih dizaman itu. Diantaranya adalah Hammad bin abi sulaiman, tholq bin
habib, dzar bin abdullah al-hamadani, umar bin dzar bin abdullah al-hamadani,
abu hanifah annu’man dan sebagainya.
Dan
para ulama salaf sangat mengingkari akan pikiran kelompok murji’atul fuqaha’
ini, seperti auza’I, imam ahma, malik, sufiyan atsauri, imam malik, iman
syafi’I dan sebagainya.
Para
salaf mengingkari kelompok ini karena kelompok ini berkeyakinan bahwa boleh
orang yang berhukum dengan sekain hukum allah tidak kafir karena itu kufur duna
kufur. Mereka tahallul terhadap berhukum dengan selain hukum allah.
Murjia’atul
fuqaha’ mengatakan iman itu asalkan ketetapan dnegan hati dna ucapan dnegan
lisan maka amal tidak akan berpengaruh bagi iman. Sekalipun itu ia berjina,
mencuri dan melakukan kesyirikan maka
itu tidak akan membahayakan iman seseorang. Tentunya ini membuka pintu
kemaksiatanm, membuka peluang dosa bahkan membuka lebar pintu kekafiran.
Na’udzu billah.
Bagaimana
mungkin seorang perkata dan perpikiran seperti ini. maka kita harus
membantahnya dnegan dalil.
Bahwa
tingkatan para sahabat rasulullah diketahui dari alamlnya. Seorang masuk surga
dan neraka dilihat dari amalnya
Allah
berfirman:
{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ
فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ
غَفُورٌ رَحِيمٌ}
Artinya:
“Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan
Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang kafir."(Q.S Al-imran : 32)
Oleh
kaena itu salaf kita berkata: tidak mungkin iman itu ada tanpa amal sebagaimana
tidk mungkin adanya anak tanpa ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar