Sengaja penulis menambahkan pembahasan ini dalam pembahasan terakhir
untuk buku ini. Dengan tujuan untuk menjelaskan hakikat takut, dan kepada siapa
seharusnya kaum muslimin takut? Juga menjelaskan hukum takut yang
berlebih-lebihan pada selain Allah, lebih-lebih kepada musuh-musuh Allah.
Karena banyak sekali dari kaum muslimin yang takut untuk mengaplikasikan
hukum-hukum Allah lantara mereka takut pada manusia, takut kepada musuh-musuh
Allah. Oleh karena itu, tidak jarang kita mendengarkan ungkapan-ungkapan yang
seharusnya tidak pantas untuk di ungkapkan oleh muslim sejati, seperti ungkapan
: “kalau kita terapkan hukum islam maka amerika akan datang memerangi kita”. “
kalau kita merapkan syari’at islam maka kita akan di bom bardir oleh Negara
adidaya” “ kalau kita menerima guru yang bercadar maka kita akan dicap sebagai
organisasi teroris” dan masih banyak lagi ungkapan-ungkapan yang senada dengan
itu. Yang dimana ungkapan-ungkapan itu menjadikan orang yang mengungkapkanya
jatuh pada syirik khauf (syirik takut). Na’udzu billah…
SAUDARAKU SEIMAN, KITA HARUS TAU KEPADA SIAPA
KITA HARUS TAKUT???
Perasan takut adalah perasaan yang timbul dalam
jiwa yang kemudian mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu atau
meninggalkan sesuatu, baik itu perkataan atau perbuatan.
Maka jangan heran jika mendapatkan seseorang takut
untuk mengucapkan satu kalimat atau melakukan satu perbuatan dikarenakan
didalam jiwanya ada rasa takut, baik itu rasa takutnya terhadap manusia ataupun
kepada Allah, tergantung siapa yang ia sembah. Jika ia betul menyembah Allah
maka pastilah ia lebih takut pada Allah.
Tapi jika ia menyembah selain Allah maka
rasa takutnya kepada selain Allah itu akan mengalahkan rasa takutnya pada Allah,
wal’iyadzu billah.
Oleh karena itulah para ulama kita memasukkan rasa takut
ini kedalam pembagian syirik yang disebut dengan syirik al-khauf.
Syirik –al-kahuf adalah merasa takut kepada makhluk
yang berlebihan sehingga mengalahkan
rasa takutnya pada Allah, padahal tidak ada yang patut kita takuti kecuali
Allah Subuhanahu Wata’la. Allah Subuhanahu Wata’la berfirman:
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ
قِيلَ لَهُمْ كُفُّواْ أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ
فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ
النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً وَقَالُواْ رَبَّنَا لِمَ
كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلا أَخَّرْتَنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ قُلْ
مَتَاعُ الدَّنْيَا قَلِيلٌ وَالآخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقَى وَلاَ تُظْلَمُونَ
فَتِيلاً}
Artinya: Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang
dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang),
dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada
mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut
kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari
itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan
berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang)
kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan
di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang
bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun. (Q.S An-nisa’: 77)
Padahal dalam ayat lain Allah telah berfirman:
{فَلا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ
إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ}
Artinya: maka janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (Q.S
Al-Imran : 175)
Begitulah keadaan orang-orang munafik, mereka lebih
takut pada makhluk dari pada takut kepada Allah. Dan adapun orang yang beriman,
mereka tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah, karena mereka yakin
dan sangat beriman dengan ayat-ayat dan janji-janji Allah Untuk orang yang
takut kepada-Nya. Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ
رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ}
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada
Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan
pahala yang besar. (Q.S Al-Mulk :13)
Dan Allah berfirman:
{الَّذِينَ يَخْشَوْنَ
رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَهُمْ مِنَ السَّاعَةِ مُشْفِقُونَ}
Artinya: (yaitu) orang-orang yang takut akan (azab)
Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan
(tibanya) hari kiamat. (Q.S Al-Anbiyaa’: 49)
Ingatlah wahai Hamba Allah! Dizaman yang penuh dengan
fitnah ini, begitu banyak cobaan-cobaan hidup yang harus dihadapi oleh kita,
termasuk cobaan yang datang dari makhluk-makhluk Allah, baik itu dari
orang-orang-orang kafir ataupun munafik. Apabila kalian menemukan mereka
menakut-nakutimu dengan ancaman dan azab mereka, maka teguhkanlah pendirianmu
pada jalan Allah. Karena ancaman mereka itu adalah datang dari syetan melalui
pemimpin-pemimpinya, Sebagaimana Allah Subuhanahu Wata’ala berfirman:
{إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ
يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ}
Artinya: Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah
syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya, karena itu janganlah
kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang
yang beriman.(Q.S Al-Imran:175)
Semua itu adalah cobaan bagi orang-orang yang beriman.
Untuk mengetahui seberapa teguhnya seorang Hamba dalam berpegang teguh terhadap
kebenaran. Seberapa kuat seorang hamba dalam menahan segala cobaan, jika ia mampu dan kuat melewati semua cobaan
itu, maka kemuliaan dari Allah yang ia dapatkan. Jadilah seperti para ulama
Allah wahai saudara-saudaraku! karena merekalah yang paling takut kepada Allah.
Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{إِنَّما يَخْشَى اللَّهَ مِنْ
عِبَادِهِ الْعُلَماءُ}
Artinya: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (Q.S Al-Fathir: 28)
Dan Allah Subuhanahu Wata’ala Berfieman:
{أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ
لا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ*
الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ *
لَهُمُ الْبُشْرَى فِي
الْحَياةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ لاَ تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللّهِ ذَلِكَ
هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ*}
Artinya: Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu,
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita
gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada
perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah
kemenangan yang besar. (Q.S Yunus: 62-63)
Apapun yang menimpa mereka, tidak akan menjadi
penghalang untuk selalu mengatakan kalimat yang haq. mereka selalu sabar dan
tabah dalam menghadapi tantangan atau makar apapun yang dibuat oleh musuh-musuh
Allah. Mereka tidak akan berhenti dalam menyuarakan kebenaran lantaran
pemimpin-pemimpin thogut menakut-nakutinya. Mereka tidak pernah takut
sedikitpun pada makhluk Allah, hati mereka tidak pernah gentar dengan bentuk
ancaman apapun, bahkan itu menambah iman mereka. Merekalah yang dipuji oleh
Allah Subuhanahu Wata’ala Dalam Firmanya.
{الَّذِينَ
قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ
فَزَادَهُمْ إِيمَاناً وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ}
Artinya: (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan
Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya
manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu
takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan
mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah
sebaik-baik Pelindung." (Q.S Al-Imran : 173)
Dan seperti itulah seharusnya kita lakukan. Hidup yang
penuh fana akan berujung pada kemuliaan atau pada kehinaan, itulah yang disebut
dengan surga dan neraka. Kemanakan jatuh pilihan kita??? Jika kita selalu takut
pada Allah dengan selalu ta’at dan patuh terhadap perintahnya dan menjauhi segala laranganya
maka kebahagiaanlah ujung kehidupan kita. Tapi, jika sebaliknya maka apalah
yang akan kita dapatkan kecuali kehinaan.Wal-‘Iyadzu Billah, Nas’alullah
Salamatan Wal-‘Afiyah
Oleh karena itulah wahai hamba Allah, jika kita
dihadapkan dengan dua pilihan “ Thogut atau Allah?” maka wajib bagi kita untuk
memilih Allah, karena Allahlah yang telah menghidupkan kita, memberikan rizki
kepada kita, yang telah menunjukkan jalan yang lurus untuk kita dan
kepadanyalah kita kembali. Dan tidak patut bagi kita untuk memilih yang lain,
sekalipun kita diancam dengan kematian. Tidak layak bagi kita untuk takut pada
para thogut dan ancamanya, karena
ancaman Allah lebih pedih lagi keras.
Jangan pernah takut untuk mengatakan kebenaran, dan
menda’wahkanya disemua manusia sampai datang ketentuan Allah. Sekalipun ancaman
datang dari segala arah. Tarbiyyah Nabawiyyah yang datang dari Allah yang maha
mulia itulah yang patut kita jadikan cerminan dan uswatun hasanah, lihatlah
kisah Nabi Ibrahim ‘Alaihi Wasallam ketika ditakut-takuti oleh kaumnya
dikarenakan ia menda’wahkan kebenaran, ini terlukis jelas dalam Firman Allah
Subuhanahu Wata’ala:
{وَكَيْفَ أَخَافُ مَا
أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ
يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَاناً فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ
بِالْأَمْنِ}
Artinya:“Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan
yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak mempersekutukan Allah
dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu
untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih
berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka)?” (Q.S Al-an’am : 81)
Dan Firman Allah Subuhanahu Wata’ala:
{ وَلاَ أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ
بِهِ إِلاَّ أَن يَشَآءَ رَبِّي شَيْئاً وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْماً
أَفَلاَ تَتَذَكَّرُونَ}
Artinya: ." Dan aku tidak takut kepada
(malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah,
kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan
Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil
pelajaran (daripadanya) ?" (Q.S Al-an’am : 80)
Dan lebih jelasnya, tertera sempurna kisah itu dalam
firman Allah dibawah ini, ini semua kita renungkan untuk kemudian kita amalkan
dalam kehidupan kita, inilah manhaj Rabbaniyyah dan tarbiyyah nabawiyyah yang
harus kita ambil dan aplikasikan dalam venomena riil dizaman fitnah ini, Allah
berfirman:
{ وَإِذْ قَالَ
إِبْرَاهِيمُ لاَِبِيهِ ءَازَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَاماً ءَالِهَةً إِنِّى أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِى
ضَلَالٍ مُّبِينٍ *وَكَذَلِكَ نُرِى إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ
السَّمَاوَاتِ وَالاَْرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ*
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ الَّيْلُ رَأَى كَوْكَباً قَالَ هَذَا رَبِّى فَلَمَّآ
أَفَلَ قَالَ لاأُحِبُّ الاَْفِلِينَ* فَلَمَّآ رَأَى الْقَمَرَ بَازِغاً قَالَ هَذَا
رَبِّى فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمْ يَهْدِنِى رَبِّى لاََكُونَنَّ مِنَ
الْقَوْمِ الضَّآلِّينَ* فَلَماَّ رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ
هَاذَا رَبِّى هَاذَآ أَكْبَرُ فَلَمَّآ أَفَلَتْ قَالَ يا قَوْمِ إِنِّى بَرِىءٌ
مِّمَّا تُشْرِكُونَ* إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ
السَّمَاوَاتِ وَالاَْرْضَ حَنِيفاً وَمَآ أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ* وَحَآجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّى فِى
اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِى وَلاَ أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلاَّ أَن يَشَآءَ
رَبِّى شَيْئاً وَسِعَ رَبِّى كُلَّ شَىْءٍ عِلْماً أَفَلاَ تَتَذَكَّرُونَ *وَكَيْفَ أَخَافُ مَآ أَشْرَكْتُمْ وَلاَ تَخَافُونَ
أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُم بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَاناً
فَأَىُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالاَْمْنِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ* الَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ
إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُوْلَائِكَ لَهُمُ الاَْمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُونَ* وَتِلْكَ حُجَّتُنَآ ءَاتَيْنَاهَآ إِبْرَاهِيمَ
عَلَى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَّن نَّشَآءُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ* }
Artinya: “Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata
kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai
tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang
nyata. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan
(Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia
termasuk orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang
(lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu
tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian
tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku."
Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku
tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat.
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku,
ini yang lebih besar." Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata:
"Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan
langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Dan dia dibantah oleh kaumnya.
Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, padahal
sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku." Dan aku tidak takut
kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah,
kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan
Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil
pelajaran (daripadanya)? Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu
persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan
sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk
mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak
memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui? Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk. Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim
untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa
derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (Q.S
Al-An’am : 74-83)
Dengan banyaknya venomena yang tidak bisa kita
pungkiri dizaman sekarang, maka perlu manhaj yang benar bagi kita untuk
bagaimana cara menghadapi ancaman-ancaman da’wah dan amar ma’ruf nahi mungkar
yang wajib kita lakukan sehari-hari. Kalau saja dulu fir’aun mengancam Nabi
Musa ‘Alaihi Wasallam akan dibunuhnya kemudian Nabi Musa tidak takut sedikitpun
pada ancaman si thogut itu, maka seperti itulah seharusnya kita bersikap dalam
menghadapi para thogut yang menakut-nakuti kaum muslimin dengan
peraturan-peraturan yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri. Allah
Subuhanahu Wata’ala berfirman:
{ فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ
قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ* قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ *فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ
الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ* }
Artinya: Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa:
"Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab:
"Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak
Dia akan memberi petunjuk kepadaku." Lalu Kami wahyukan kepada Musa:
"Pukullah lautan itu dengan tongkatmu." Maka terbelahlah lautan itu
dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (Q.S Asyu’araan’
:61-63)
{وَلَقَدْ أَوْحَيْنَا
إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقاً فِي الْبَحْرِ
يَبَساً لا تَخَافُ دَرَكاً وَلا تَخْشَى}
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada
Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari,
maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir
akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)."(Q.S Thoha: 77)
Begitupun ketika kebenaran tampak jelas dihadapan kaum
Nabi Musa yang kemudian mereka beriman dengan Allah yang mengutus Nabi Musa dan
membenarkan da’wah Nabi Musa, kemudian fir’aun thogut laknatullah mengancam
mereka dengan ancaman nyawa, akan tetapi mereka tetap sabar dalam menghadapi
semua itu. Ini dilukiskan Allah dalam firmaNya:
{قَالَ فِرْعَوْنُ آمَنْتُمْ بِهِ
قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ إِنَّ هَذَا لَمَكْرٌ مَكَرْتُمُوهُ فِي الْمَدِينَةِ
لِتُخْرِجُوا مِنْهَا أَهْلَهَا فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ
وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلافٍ ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ *
قَالُواْ
إِنَّا إِلَى رَبِّنَا مُنقَلِبُونَ * وَمَا تَنقِمُ مِنَّا إِلاَّ أَنْ آمَنَّا بِآيَاتِ
رَبِّنَا لَمَّا جَاءتْنَا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا
مُسْلِمِينَ*}
Artinya: Fir'aun berkata: "Apakah kamu beriman
kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu?, sesungguhnya (perbuatan ini)
adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk
mengeluarkan penduduknya dari padanya; maka kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu ini); demi, sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan
bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib
kamu semuanya." Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada
Tuhanlah kami kembali. Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami
telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada
kami." (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada
kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)." (Q.S
Al-A’raf : 123-126)
Dan Nabi Musapun menasehati mereka dengat kalimat yang
meneguhkan pendirian dan keyakinan mereka, allah berfirman:
{قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ
اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ
يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ}
Artinya: Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah
pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan
Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya.
Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (Q.S
Al-A’raf : 128)
Atau lihatlah kisahnya Nabi Ibrahim ‘Alaihi Wasallam
dan Nabi Muhammad Shollallahu ‘Alaihi wasallam, ketika kaumnya membuat makar
terkadap mereka maka mereka menyerahkan segala urusannya kepada Allah
Subuhanahu Wata’ala, ini terlukis jelas didalam hadits Rasulullah Shollallahu
‘Alaihi wasallam diriwayatkan dalam Shohih Bukhari:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ {حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ
الْوَكِيلُ} قَالَهَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام حِينَ أُلْقِيَ فِي
النَّارِ وَقَالَهَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَالُوا
{إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا
وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ}
Artinya: Dari Ibu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu: “Hasbunallah
Wani’mal Wakil” dikatakan oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihi Wasallam ketika
dilempar kedalam api, dan dikatakan oleh Nabi Muhammad Shollallahu ‘Alaihi
wasallam ketika
orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada
mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab:
"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik
Pelindung." (H.R Bukhari, nomor Hadits 4563)
Inilah manhaj yang harus kita terapkan dalam kehidupan
kita wahai saudaraku! Manhaj Nabawiyyah yang diwariskan oleh para Nabi kita
dalam menghadapi ancaman musuh-musuh
Allah. Iman yang kuat harus terus kokok dalam jiwa, kalimat kebenaran harus
terus mengalir dari bibir kita, persangkaan baik kita pada Allah harus terus tertanam dalam jiwa.
Jika kita seperti itu, maka ancaman
apapun tidak akan membuat kita berpaling dari kebenaran. Ketika menghadapi
ancaman makhluk, maka ingatlah dengan ancaman Allah untuk orang-orang yang
ingkar terhadapnya, maka insya Allah hati kita akan terus teguh dalam kebenaran
sampai datang ketentuan Allah.
Mari kita lihat
dan renungkan kisahnya para sahabat Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi
wasallam! kisah dibawah ini dilukis jaga oleh syekh kami dalam bukunya: “ Yaa
Ummatal Islam Al’isti’la’u bil Iman”. Beginilah kisahnya:
1.Muhammad Bin Ishak Berkata: “ Dari Ka’ab Al-Ahbar,
sesungguhnya Habib Bin Zaid menyebutkan kepadanya apa yang terjadi denganya.
Musailamah Sang Pendusta menghalanginya
diyamamah, kemudian menanyakan kepadanya keadaan Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi
Wasallam dan bertanya: “ apakah Engkau bersaksi sesungguhnya Muhammad Adalah
Rasul Allah? Dia menjawab: “iya”. kemudian ditanya lagi, apakah engkau
menyaksikan sesungguhnya Saya Rasul Allah? Maka dia menjawab: saya tidak
mendengar, kemudian Musailamah Laknatullah berkata kepadanya: “ apakah kamu
mendengar ini dan tidak mendengar itu? Dia menjawab: “iya” kemudian dia di
potong sedikit demi sedikit disetiap pertanyaanya, dan jawabanyapun tidak
berubah sampai ia mati ditangan Musailamah. Maka Ka’ab berkata ketika dikatakan kepadanya nama
Habib: “ Demi Allah dia adalah penghuni yas namanya habib”.
2.Dari Abdullah Bin
Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu Berkata: “ orang-orang yang pertama kali menampakkan
keislamanya ada tujuh: Rasullah shollallahu ‘alaihi waslallam, Abu bakar, Ammar
dan Ibunya Samiyah, Shohib, Bilal dan Miqdad.
Adapun Rasulullah dilindungi Allah melalui Pamanya Abu Tholib, dan adapun Abu
Bakar dilindungi oleh Kaumnya, dan adapun yang lainya diambil oleh orang-orang
musyrik. Mereka dirantai dengan besi dan dijemur diterik matahari, maka
tidaklah manusia keculi datang kepada apa yang mereka inginkan kecuali bilal,
maka sesungguhnya dia merendahkan dirinya kepada Allah dan kaumnya. Kemudian
mereka menyerahkanya pada anak-anak
kecil. anak-anak itu mengambilnya dan
mengaraknya sepanjang jalan dikota mekkah sedangkan bilal terus
berka “ahad, ahad”.( Diriwayatkan Imam Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi, Hakim
Dan Menshohihkanya, Dan Ibnu Habban Didalam Shohihnya)
3.Didalam Sira A’lamul
Nubalaa’ : Dari Jalur Muhammad Bin
Khalid At-Thohan Ayah saya menghabarkan kepada kami dari Daud dari Sya’bi ia Berkata: “ adalah para tuanya
bilal mereka berbaring diatas perutnya bilal dan mereka mencegahnya dari islam
dan mereka berkata: “ Agamamu Adalah Lata Dan ‘Uzza, kemudian dia menjawab: “
tuhanku adalah Allah yang esa lagi maha Tunggal, jika aku mengetahui
kalimat yang lebih dari ini yang membuat kalian marah maka aku akan
mengatakanya. Maka lewatlah Abu Bakar kepada mereka, kemudian mereka berkata:
belilah saudaramu ini untuk kau bawa didalam agamamu, maka Abu Bakar membelinya
dengan empat puluh auqiyah, kemudian memerdekakanya. Mereka berkata: jika kamu
menolak untuk membelinya kecuali dengan saru auqiyah maka kami akan menjualnya.
Abu Bakar Menjawab: “ dan aku bersumpah demi Allah jika kalian abai (dengan
harga yang aku tawarkan) kecuali dengan harga segini dan segini maka sungguh
aku akan memebelinya”.
( Sanad Ini Adalah Mungqothi’, Dan Ini Termasuk
Riwayat Mursal As-Sya’by).
Itulah
beberapa kisah dari sekian banyak kisah yang harus kita ambil pelajaran
darinya, agar hati dan iman kita selalu teguh dan kuat dalam jiwa ketika
menghadapi segala cobaan yang datang dari makhluk. Tidak sepantasnya rasa takut
kita dikalahkan oleh rasa takut pada makhluq-Nya. Cukuplah pada Allah tempat
kita berlindung. Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ
عَبْدَهُ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ وَمَنْ
يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ* وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُضِلٍّ
أَلَيْسَ اللَّهُ بِعَزِيزٍ ذِي انْتِقَامٍ* }
Artinya: Bukankah Allah cukup untuk melindungi
hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang
selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi
petunjuk baginya. Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak
seorangpun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa lagi
mempunyai (kekuasaan untuk) mengazab? (Q.S Az-zumar: 36)
{وَعَلَى اللّهِ
فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ}
Artinya: dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang
yang beriman bertawakkal. (Q.S Al-Mujaadalah:10)
Ingatlah bahwa siapapun tidaka akan bisa membahayakan
kita kecuali atas kehendak allah, maka kita tidak perlu takut dengan makar
siapapun yang ingin menghancurkan semangat dalam menyuarakan dan menegakkan
kebenaran. Itulah hukum Allah Subuhanahu Wata’ala. Mohonlah pada Allah agar
kita dikuatkan hati dalam kebenaran dalam menegakkan hukum Allah maka niscaya
Allah akan memberikan kepada kita petunjuk-Nya, Allah Subuhanahu Wata’ala
Berfirman:
{إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ
اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى
الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى
أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ }
Artinya: Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah
ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain
kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan
orang-orang yang mendapat petunjuk.(Q.S At-taubah: 18)
Maka adapun orang yang menghalang-halangi hamba Allah
yang meneggakkan hukum Allah dan melawan kesyirikan, tiadalah mereka kecuali
tentara-tentara syetan yang terlaknat, dan syetan adalah pemimpin bagi
orang-orang yang kafir. Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ
لِلَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ}
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menjadikan
syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman. (Q.S
Al-A’raf: 27)
Dan para thogut serta bala tentaranya menjadikan
syetan sebagai pemimpinya sebagaimana Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا
الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ
مُهْتَدُونَ}
Artinya: Sesungguhnya mereka menjadikan
syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa
mereka mendapat petunjuk. (Q.S Al-A’raf: 30)
Padahal makar syetan itu sunggu snagat lemah, lalu
kenapa kita harus takut? Dan na’udzubillahnya lagi adalah jika rasa takut itu
mengalahkan rasa takut kita pada Allah (dan jika telah sampai ditingkat ini
maka rasa takut itu akan menjadi menjadi syirik, itulah yang dinamakan dengan
syirik khauf)…wahai kaum muslimin, saya ingatkan lagi, bahwa tipu daya syetan
itu adalah lemah, sebagaimana Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ
فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفاً}
Artinya: Orang-orang yang beriman berperang di jalan
Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu
perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu
adalah lemah. (Q.S An-nisaa’ : 74)
Istiqomah adalah sangat penting dalam berda’wah, yaitu
selalu mengatakan kebenaran dalam keadaan apapun dan kepada siapapun maka Insya
Allah kita tidak akan takut terhadap siapapun dan tidak akan gentar sedikitpun
terhadap musuh manapun sebagaimana Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنا
اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيها جَزَاءً بِما كَانُوا
يَعْمَلُونَ}
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
"Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai
balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S Al-ahqqaf :13-14)
Dizaman yang penuh dengan fitnah ini, berapa banyak
orang-yang murtad dari agama Allah baik secara sadar atau tidak sadar itu salah
satunya disebabkan karena ia terlalu takut kepada makhluk daripada takut pada
allah. Bahkan ia berani berbuat dan berkata yang itu mengeluarkan ia dari islam
hanya karena ia takut secara berlebih-lebihan pada makhluk. Kita harus lebih
hati-hati wahai hamba allah dalam hal yang semacam ini, kita tidak boleh
memudahkan lisan kita untuk mengikuti kata kufur mereka kecuali dalam keadaan
yang betul-betul darurat dan hanya satu keadaan itu yang dibolehkan islam
selain itu maka kita tidak boleh mengucapkan kata kufur. Dan itupun punya
syarat yaitu hati kita tetap beriman, dan tidak kurang sedikitpun rasa iman
kita pada allah, tidak timbul sedikitpun rasa wala’ kita pada mereka, kita
mengucapkannya hanya untuk selamat dari ancaman nyawa itu. Tapi jika selain
dari ancaman nyawa maka haram kita untuk mengucapkan kata kufur, cambukan dan
pukulan serta azab mereka lebih mulia bagi kita dari pada mengucapkan kata
kufur. Satu keadaan yang diperbolehkan islam itu adalah :
{إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ
مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ
غَضَبٌ مِنْ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ}
Artinya : “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah
dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir
padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi
orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya
dan baginya azab yang besar” (Q.S An-nahl: 106)
Ini seperti yang terjadi pada kaum Nabi musa ‘alaihi
wasallam, mereka menyembunyikan iman mereka karena takut terhadap azab fir’aun.
Allah berfirman:
{فَمَا آمَنَ لِمُوسَى إِلَّا
ذُرِّيَّةٌ مِنْ قَوْمِهِ عَلَى خَوْفٍ مِنْ فِرْعَوْنَ وَمَلَأِهِمْ أَنْ يَفْتِنَهُمْ
وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الْأَرْضِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الْمُسْرِفِينَ}
Artinya: Maka tidak ada yang beriman kepada Musa,
melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir'aun
dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir'aun itu
berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang
yang melampaui batas. (Q.S Yunus: 83)
Dan seperti ini pula yang terjadi pada kaum muslimin
yang ada di andalus dulu, mereka menyembunyikan rasa keimananya dihadapam kaum
dzolim pada saat itu. Seperti halnya juga yang dilakukan amar bin yasir.
Akan tetapi jika waktu telah memungkinkan untuk
meneriakkan kata keimanan maka tidak boleh terus menyembunyikan keimanan kita,
bahkan wajib bagi kita untuk mendakwahkanya disetiap ummat yang kita temui. Dan
Insya Allah, Allah akan selalu bersama
kita. Dn begitulah yang dilakukan oleh orang-orang sebelum kita. Merekan hanya
menyembuntikan keImananya ketika diancam tapi jika keadaan sudah aman maka
mereka menampakkan keimananya dan mereka beribadah pada Allah sesuai dengan
keadaan dan kemampuan mereka.dan itulah yang diperintahkan oleh Rasulullah Shollallabu ‘Alaihi Wasallam
Sebagaimana Dalam Sabdnya:
عَنْ أَبِى عُبَيْدَةَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمَّارِ
بْنِ يَاسِرٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : أَخَذَ الْمُشْرِكُونَ عَمَّارَ بْنَ يَاسِرٍ
فَلَمْ يَتْرُكُوهُ حَتَّى سَبَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- وَذَكَرَ
آلِهَتَهُمْ بِخَيْرٍ ثُمَّ تَرَكُوهُ فَلَمَّا أَتَى رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- قَالَ :« مَا وَرَاءَكَ؟ ». قَالَ : شَرٌّ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا
تُرِكْتُ حَتَّى نِلْتُ مِنْكَ وَذَكَرْتُ آلِهَتَهُمْ بِخَيْرٍ. قَالَ :« كَيْفَ
تَجِدُ قَلْبَكَ؟ ». قَالَ : مُطْمَئِنًا بِالإِيمَانِ. قَالَ :« إِنْ عَادُوا
فَعُدْ ».
Artinya: Dari Abi Ubaidah Bin Muhammad Bin Ammar Bin
Yasir Dari Bapaknya Ia Berkata: Amar Bin Aysir di ambil oleh Kaum Musyrikin dan
tidak dilepasnya sampai ia menghina Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam,
dan menyebutkan bahwa tuhan mereka baik. Kemudian mereka meninggalkan Amar,
ketika ia datang kepada Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam . Rasulullah
Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya:
apa yang ada dibelakangmu? Ia Menjawab: kejelekan Wahai Rasulullah! Aku tidak
ditinggalkanya sampai aku mencacimu dan mengatakan bahwa tuhan mereka baik.
Rasulullah bersabda: bagaimana dengan hatimu? Ia Menjawab: tenang dengan iman,
Rasulullah Bersabda: jika mereka pulang maka kembalilah ( keislam). (H.R
Baihaqi)
Ini adalah dalil bahwa barang siapa yang mencaci maki Rasulullah Shollallahu
‘Alaihi Wasallam maka ia kafir. Oleh
karena itu perlu rasanya kita betul-betul merenungi janji-janji Allah terhadap
hamba yang betul-betul menyembah-Nya dan istiqomah terhadap itu, agar hati terus terikat dengan ketakutan terhadap
Allah, bukan kepada yang lain-Nya. Takut
berbuat dan berkata yang mengeluarkan diri dari millah, dan selalu ingat azab
Allah terhadap orang yang melakukan hal itu.
Ketika seorang hamba telah mencapai derajat itu maka segala yang ia
miliki akan dikorbankannya untuk Allah dan Agama-Nya., baik itu hartanya yaitu
dengan cara menafkahkanya dijalan Allah atau bahkan nyawanya sekalipun yaitu
dengan berjihad dijalan Allah. Mereka akan saling bersikap lemah lembut antar
sesama muslim, keras terhadap orang
kafir dan munafik serta saling mencintai antara satu sama lain dengan
betul-betul cinta karena Allah. Dan
meeka melakukan semua itu tanpa rasa takut terhadap musuh-musuh Allah
yang berusaha menghalang-halangi mereka dalam berinfak, jihad dan wala’
terhadap sesama muslim. Inilah yang
digambarkan Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ
مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ
وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ
يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ}
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di
antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap
lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. (Q.S Al-Maidah :54)
Ingatlah wahai hamba allah! Bagi yang telah dikaruniai
Allah harta atau rizki yang banyak maka infakkanlah sebahagian harta anda
dijalan Allah untuk kepentingan dakwah islam, dan janganlah takut terhadap
siapapun yang menghalang-halangi anda untuk infak dijalan Allah, dan jangan
bersedih hati karena kurangnya harta anda maka balasan yang berlipat ganda bagi
anda disisi Allah, Sebagaimana Allah Subhanahu Wata’ala Berfirman:
{مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ
أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ
فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ
وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ * الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
ثُمَّ لا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنّاً وَلا أَذىً لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ
رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus
biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.Orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang
dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan
mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati. (Q.S Al-Baqarah: 261-262)
Dan Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{الَّذِينَ يُنْفِقُونَ
أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهارِ سِرّاً وَعَلانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ
عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}
Artinya:
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara
tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.
Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Q.S Al-Baqarah: 274)
Disini, kami membahas manhaj yang harus kita lakukan
ketika dihadapkan ancaman-ancaman yang berusaha memalingkan kita dari kebenaran
bahakan dengan azab itu mereka ingin kita murtad bersama mereka, semoga Allah selalu melindungi kita dari hal-hal seperti
itu.
Oleh karena itu ketika kita dipaksa untuk mengucapkan
kalimat kufur maka istiqomahlah terhadap Tauhid, Bertakwalah kepada Allah dan
jangan biarkan kalimat kufur itu mengalir dari mulut kita, Kita
Selalu Mengikuti Petunjuk Allah Subuhanahu Wata’ala dan Petunjuk Rasulullah
Shollallahu ‘Alaihi Wasallam Sebagaimana Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ
إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلا خَوْفٌ
عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}
Artinya: Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu
melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa
yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
(Q.S Al-An’am: 48)
{فَإِمَّا
يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدىً فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا
هُمْ يَحْزَنُونَ}
Artinya: Kami berfirman: "Turunlah kamu
semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka
barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran
atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Q.S Al-Baqarah: 38)
Terakhir saya ingin mengatakan, mari kita renungkan
firman-firman Allah dibawah ini:
{وَذَرِ
الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِباً وَلَهْواً وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ
الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ
دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ}
Artinya: Dan tinggalkan lah
orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau,
dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan
Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena
perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi
syafa'at selain daripada Allah. (Q.S Al An'aam: 70 )
Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{أَنْذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْ يُحْشَرُوا
إِلَى رَبِّهِمْ لَيْسَ لَهُمْ مِنْ دُونِهِ وَلِيٌّ}
Artinya: (Q.S: )
Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلا تَتَّبِعُوا مِنْ
دُونِهِ
أَوْلِيَاءَ...}
Artinya: Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya (Q.S Al A'raaf: 3)
Penutup:
Alhamdulillah
kita telah membaca tulisan ini, semoga bermanfaat bagi kita semuanya. Semoga
ini juga dinilai ibadah oleh allah untuk penulisnya dan siapapun yang membaca
tulisan ini…amin ya allah
Kesimpulanya:
1.
Cadar
adalah wajib bagi setiap wanita muslimah
2.
Wajib
kita membela dan melindungi orang yang bercadar dari tuduhan-tuduhan nista
orang-orang kafir dan munafik.
3.
Haram
menghina syariat cadar, dan barang siapa yang menghina syari’at cadar maka dia
kafir.
4.
Haram
mengahalangi muslimah untuk memakai cadar
5.
Tidak
boleh kita takut yg berlebihan pada musuh allah
6.
Wajib
kta takut pada allah dan menyerahkan segala urusan kita pada alah semata
7.
Kuatkan
tauhid dan akidah yang benar
8.
Hendaknya
pemimpin berhukum dengan hukum allah
9.
Kalimat
teroris untuk wanita yang bercadar adalah berasal dari orang-orang kafir
terlaknat, mereka adalah dari yahudi, nasrani, israil, amerika laknatullah
10. Yahudi dan nasrani adalah
musuh kita selamanya.
Wallahu a'lam…..