Menghafal adalah mengukir kembali sesuatu sesuai dengan lafadz aslinya
didalam otak atau memori yang kita miliki tanpa ditambah atau dikurangi
sedikitpun.
menghafal adalah sangat penting bagi tholubul ilmi. Dengan menghafal ia
bisa menjadi seorang yang unggul dari yang lainya. Dengan menghafal ia bisa tau
secara persis perkataan atau ungkapan seseorang tanpa ia mengurangi atau
menambah sedikitpun dari perkataan atau ungkapan itu.
Sebagai tholibul ilmi syar’I, adalah satu keniscayaan baginya untuk
menghafal matan-matan yang berkaitan dengan ilmu syar’I itu, seperti mutun
aqidah, fiqih, usul fikih, kaedah usuliyah dan fiqhiyah, hadits, ilmu hadits,
kaedah bahasa arab, mawaris dan ilmu-ilmu syar’I lainya, yang dimana semua itu
di awali dengan menghafal al-qur’an terlebih dahulu.
Apalah ma’na sebuah perantauan yang sangat jauh kalau bukan untuk faqih
dalam ilmu-ilmu yang kami sebutkan di atas. Maka hendaknya kita sebagai
tholibul ilmi syar’I bertampil beda dengan seseorang yang hanya tujuannya untuk
meraih ijazah atau titel belaka.
Tholibul ilmi syar’I sejak awal memang harus sadar akan posisi, kewajiban
dan tanggung jawabnya diperantauan ini.
posisinya adalah pencari ilmu bukan penggerak massal terhadap gerakan
apapun.
Kewajibanya adalah mencari, menggali dan mendalami ilmu syar’I dengan
cara duduk dan mendengar langsung dari para ulama, juga dengan cara membaca dan
menelaah serta menghafal sendiri sebagai bentuk muraja’ah dan memutqinkan ilmu yang
telah didapat dari para ulama. Tidak sebalvziknya, menyibukkan diri dengan
hal-hal yang telah jelas melalaikanya
dari kewajiban utama sebagai tholibul ilmu.
Tanggung jawabnya adalah menggunakan waktu yang sangat terbatas ini
dengan sedemikin rupa untuk mendalami ilmu syar’I bukan mengembangkan atau
menggerakkan pergerakan apapun, yang itu akan jelas melalaikan dirinya dari
tanggung jawab utamanya didunia perantauan ini.
Setelah kita mengetahui akan pososi, kewajiban dan tanggung jawab sebagai
tholibul ilmi syar’I, maka satu keharusan bagi kita untuk mengatur diri dan
waktu yang kita miliki. Dengan cara menyusun sedemikian rupa kegiatan yang akan
kita jalani kedepanya. Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk menghafal
al-qur’an dan berapa waktu yang kita butuhkan untuk menghafal mutun-mutun itu.
Berapa juz yang harus kita hafal dalam sebulan ini dan berapa matan yang harus
kita tela’ah dan hafal dalam jangka pendek ini. atau apa yang sudah harus kita
raih satu tahun kedepanya. Dan seberapa kemampuan kita dalam beristidlal
didalam beberapa waktu kedepan.
Semua itu kita susun dan skenario sedimikian rupa agar kedepannya kita
jalani dengan penuh teratur. Kapada allah kita mohon taufiq dan hidayah dan
kepadanya tempat kita tawakkal, tapi usaha dan ibadah yang kuat yang harus kita
tempuh.
Dibawah ini kami akan
menggambarkan seperti yang digambarkan para ulama kita, mutun-mutun yang
seharusnya tholibul ilmi sya’I menghafalnya agar mereka menjadi mutqin dalam
hal ini. Ingatlah bahwa setiap yang menghafal adalah imam (فإن كل
حافظ إمام)
1. Al-qur’an
2. Aqidah
· Usul Stalatsah
· Qowa’id Arba’ah
· Kitab Tauhid
· Aqidah Thohawiyah
· Aqidah Wasathiyah
· Kasyfu As-Syubhat
3. Hadits
· Arba’in Nawawy
· Umdatul Ahkam
· Buluqul Marom
4. Ilmu Hadits
· Baiquniyah
· Nukhbatul Fikr Li Ibni Hajar
5. Usul Fiqih Dan Kaedah Usuliyah
· Al-Waraqat
· Qawa’idul Fiqhiyah Li Ibni
Sa’ad
6. Bahasa Arab
· Jurumiyah
7. Mawaris
(Ar-Arahbiyah)
8. Doa dan dzikir
· Shohiuhul Adzkar
· Husnul Muslim
Inilah matan-matan yang perlu dihafal oleh tholibul ilmi syar’I sebagai
dasar bagi mereka dalam memperluas ilmunya. tentunya semua itu harus di imbangi
dengan memahami dan mempelajari syarah-syarahnya dari para ulama.
أسأل
الله أن يوافقنا وأن يرزقنا بركة العلم والإخلاص في القول والعمل
وصلى
الله وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وصحبه.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar