Perasaan takut adalah perasaan yang timbul dalam
jiwa yang kemudian mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu atau
meninggalkan sesuatu, baik itu perkataan atau perbuatan.
maka jangan heran jika mendapatkan seseorang
takut untuk mengucapkan satu kalimat atau melakukan satu perbuatan dikarenakan
didalam jiwanya ada rasa takut, baik itu rasa takutnya terhadap manusia ataupun
kepada Allah, tergantung siapa yang ia sembah. Jika ia betul menyembah Allah
maka pastilah ia lebih takut pada Allah.
Tapi jika ia menyembah selain Allah maka
rasa takutnya kepada selain Allah itu akan mengalahkan rasa takutnya pada
Allah, wal’iyadzu billah.
Oleh karena itulah para ulama kita memasukkan
rasa takut ini kedalam pembagian syirik yang disebut dengan syirik
al-khauf.
Syirik –al-kahuf adalah merasa takut kepada
makhluk yang berlebihan sehingga
mengalahkan rasa takutnya pada Allah, padahal tidak ada yang patut kita
takuti kecuali Allah Subuhanahu Wata’la. Allah Subuhanahu Wata’la berfirman:
{أَلَمْ تَرَ إِلَى
الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّواْ أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ
الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُمْ
يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً وَقَالُواْ رَبَّنَا
لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلا أَخَّرْتَنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ
قُلْ مَتَاعُ الدَّنْيَا قَلِيلٌ وَالآخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقَى وَلاَ
تُظْلَمُونَ فَتِيلاً}
Artinya: Tidakkah kamu
perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka:
"Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah
zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian
dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya
kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya
Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau
tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu
lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan
akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan
dianiaya sedikitpun. (Q.S An-nisa’: 77)
Padahal dalam ayat lain Allah telah berfirman:
{فَلا تَخَافُوهُمْ
وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ}
Artinya: maka janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang
beriman. (Q.S Al-Imran : 175)
Begitulah keadaan orang-orang munafik, mereka
lebih takut pada makhluk dari pada takut kepada Allah. Dan adapun orang yang
beriman, mereka tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah, karena mereka
yakin dan sangat beriman dengan ayat-ayat dan janji-janji Allah Untuk orang
yang takut kepada-Nya. Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ
يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ}
Artinya: Sesungguhnya
orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka
akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. (Q.S Al-Mulk :13)
Dan Allah berfirman:
{الَّذِينَ يَخْشَوْنَ
رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَهُمْ مِنَ السَّاعَةِ مُشْفِقُونَ}
Artinya: (yaitu) orang-orang
yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan
mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat. (Q.S Al-Anbiyaa’: 49)
Ingatlah wahai Hamba Allah! Dizaman yang penuh
dengan fitnah ini, begitu banyak cobaan-cobaan hidup yang harus dihadapi oleh
kita, termasuk cobaan yang datang dari makhluk-makhluk Allah, baik itu dari
orang-orang-orang kafir ataupun munafik. Apabila kalian menemukan mereka
menakut-nakutimu dengan ancaman dan azab mereka, maka teguhkanlah pendirianmu
pada jalan Allah. Karena ancaman mereka itu adalah datang dari syetan melalui
pemimpin-pemimpinya, Sebagaimana Allah Subuhanahu Wata’ala berfirman:
{إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ
يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ}
Artinya: Sesungguhnya mereka
itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan
kawan-kawannya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (Q.S Al-Imran : 175)
Semua itu adalah cobaan bagi orang-orang yang
beriman. Untuk mengetahui seberapa teguhnya seorang Hamba dalam berpegang teguh
terhadap kebenaran. Seberapa kuat seorang hamba dalam menahan segala
cobaan, jika ia mampu dan kuat melewati
semua cobaan itu, maka kemuliaan dari Allah yang ia dapatkan. Jadilah seperti
para ulama Allah wahai saudara-saudaraku! karena merekalah yang paling takut
kepada Allah. Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{إِنَّما يَخْشَى اللَّهَ
مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَماءُ}
Artinya: Sesungguhnya yang
takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (Q.S Al-Fathir:
28)
Dan Allah Subuhanahu Wata’ala Berfieman:
{أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ
لا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ* الَّذِينَ آمَنُوا
وَكَانُوا يَتَّقُونَ * لَهُمُ
الْبُشْرَى فِي الْحَياةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ لاَ تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ
اللّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ*}
Artinya: Ingatlah, sesungguhnya
wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu
bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam
kehidupan} di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji)
Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (Q.S Yunus: 62-63)
Apapun yang menimpa mereka, tidak akan menjadi
penghalang untuk selalu mengatakan kalimat yang haq. mereka selalu sabar dan
tabah dalam menghadapi tantangan atau makar apapun yang dibuat oleh musuh-musuh
Allah. Mereka tidak akan berhenti dalam menyuarakan kebenaran lantaran
pemimpin-pemimpin thogut menakut-nakutinya. Mereka tidak pernah takut
sedikitpun pada makhluk Allah, hati mereka tidak pernah gentar dengan bentuk
ancaman apapun, bahkan itu menambah iman mereka. Merekalah yang dipuji oleh Allah
Subuhanahu Wata’ala Dalam Firmanya.
{الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ
النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ
إِيمَاناً وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ}
Artinya: (Yaitu) orang-orang
(yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang
mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka
perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah
Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (Q.S
Al-Imran : 173)
Dan seperti itulah seharusnya kita lakukan.
Hidup yang penuh fana akan berujung pada kemuliaan atau pada kehinaan, itulah
yang disebut dengan surga dan neraka. Kemanakan jatuh pilihan kita??? Jika kita
selalu takut pada Allah dengan selalu ta’at dan patuh terhadap perintahnya dan menjauhi segala laranganya
maka kebahagiaanlah ujung kehidupan kita. Tapi, jika sebaliknya maka apalah
yang akan kita dapatkan kecuali kehinaan.Wal-‘Iyadzu Billah, Nas’alullah
Salamatan Wal-‘Afiyah
Oleh karena itulah wahai hamba Allah, jika kita
dihadapkan dengan dua pilihan “ Thogut atau Allah?” maka wajib bagi kita untuk
memilih Allah, karena Allahlah yang telah menghidupkan kita, memberikan rizki
kepada kita, yang telah menunjukkan jalan yang lurus untuk kita dan
kepadanyalah kita kembali. Dan tidak patut bagi kita untuk memilih yang lain,
sekalipun kita diancam dengan kematian. Tidak layak bagi kita untuk takut pada
para thogut dan ancamanya, karena
ancaman Allah lebih pedih lagi keras.
Jangan pernah takut untuk mengatakan kebenaran,
dan menda’wahkanya disemua manusia sampai datang ketentuan Allah. Sekalipun
ancaman datang dari segala arah. Tarbiyyah Nabawiyyah yang datang dari Allah
yang maha mulia itulah yang patut kita jadikan cerminan dan uswatun hasanah,
lihatlah kisah Nabi Ibrahim ‘Alaihi Wasallam ketika ditakut-takuti oleh kaumnya
dikarenakan ia menda’wahkan kebenaran, ini terlukis jelas dalam Firman Allah Subuhanahu
Wata’ala:
{وَكَيْفَ أَخَافُ مَا
أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ
يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَاناً فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ
بِالْأَمْنِ}
Artinya:“Bagaimana aku takut
kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu
tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak
menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua
golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka)?” (Q.S
Al-an’am : 81)
Dan Firman Allah Subuhanahu Wata’ala:
{ وَلاَ أَخَافُ مَا
تُشْرِكُونَ بِهِ إِلاَّ أَن يَشَآءَ رَبِّي شَيْئاً وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ
عِلْماً أَفَلاَ تَتَذَكَّرُونَ}
Artinya: ." Dan aku tidak
takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan
Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu.
Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) ?" (Q.S Al-an’am : 80)
Dan lebih jelasnya, tertera sempurna kisah itu
dalam firman Allah dibawah ini, ini semua kita renungkan untuk kemudian kita
amalkan dalam kehidupan kita, inilah manhaj Rabbaniyyah dan tarbiyyah
nabawiyyah yang harus kita ambil dan aplikasikan dalam venomena riil dizaman
fitnah ini, Allah berfirman:
{ وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لاَِبِيهِ ءَازَرَ
أَتَتَّخِذُ أَصْنَاماً ءَالِهَةً إِنِّى أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِى ضَلَالٍ مُّبِينٍ *وَكَذَلِكَ نُرِى إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ
وَالاَْرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ* فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ
الَّيْلُ رَأَى كَوْكَباً قَالَ هَذَا رَبِّى فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لاأُحِبُّ
الاَْفِلِينَ* فَلَمَّآ رَأَى الْقَمَرَ بَازِغاً قَالَ هَذَا
رَبِّى فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمْ يَهْدِنِى رَبِّى لاََكُونَنَّ مِنَ
الْقَوْمِ الضَّآلِّينَ* فَلَماَّ رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ
هَاذَا رَبِّى هَاذَآ أَكْبَرُ فَلَمَّآ أَفَلَتْ قَالَ يا قَوْمِ إِنِّى بَرِىءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ* إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ
لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالاَْرْضَ حَنِيفاً وَمَآ أَنَاْ مِنَ
الْمُشْرِكِينَ* وَحَآجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّى فِى
اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِى وَلاَ أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلاَّ أَن يَشَآءَ
رَبِّى شَيْئاً وَسِعَ رَبِّى كُلَّ شَىْءٍ عِلْماً أَفَلاَ تَتَذَكَّرُونَ *وَكَيْفَ أَخَافُ مَآ أَشْرَكْتُمْ وَلاَ
تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُم بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ
سُلْطَاناً فَأَىُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالاَْمْنِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ* الَّذِينَ ءَامَنُواْ
وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُوْلَائِكَ لَهُمُ الاَْمْنُ وَهُمْ
مُّهْتَدُونَ* وَتِلْكَ حُجَّتُنَآ ءَاتَيْنَاهَآ إِبْرَاهِيمَ
عَلَى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَّن نَّشَآءُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ* }
Artinya: “Dan (ingatlah) di
waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu menjadikan
berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu
dalam kesesatan yang nyata. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim
tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami
memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. Ketika malam telah
gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah
Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya
tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia
berkata: "Inilah Tuhanku." Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia
berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku,
pastilah aku termasuk orang yang sesat. Kemudian tatkala ia melihat matahari
terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar." Maka
tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan
diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada
agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan. Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak
membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk
kepadaku." Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan
yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki
sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu.
Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)? Bagaimana aku
takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal
kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri
tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di
antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari
malapetaka), jika kamu mengetahui? Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan
itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya.
Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu
Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (Q.S Al-An’am : 74-83)
Dengan banyaknya venomena yang tidak bisa kita
pungkiri dizaman sekarang, maka perlu manhaj yang benar bagi kita untuk
bagaimana cara menghadapi ancaman-ancaman da’wah dan amar ma’ruf nahi mungkar
yang wajib kita lakukan sehari-hari. Kalau saja dulu fir’aun mengancam Nabi
Musa ‘Alaihi Wasallam akan dibunuhnya kemudian Nabi Musa tidak takut sedikitpun
pada ancaman si thogut itu, maka seperti itulah seharusnya kita bersikap dalam
menghadapi para thogut yang menakut-nakuti kaum muslimin dengan
peraturan-peraturan yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri. Allah
Subuhanahu Wata’ala berfirman:
{ فَلَمَّا تَرَاءَى
الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ* قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ *فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِبْ
بِعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ* }
Artinya: Maka setelah kedua
golongan itu saling melihat, berkatalah
pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan
tersusul". Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul;
sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku."
Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu." Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti
gunung yang besar. (Q.S Asyu’araan’ :61-63)
{وَلَقَدْ أَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي
فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقاً فِي الْبَحْرِ يَبَساً لا تَخَافُ دَرَكاً وَلا
تَخْشَى}
Artinya: Dan sesungguhnya telah
Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani
Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu,
kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan
tenggelam)."(Q.S Thoha: 77)
Begitupun ketika kebenaran tampak jelas
dihadapan kaum Nabi Musa yang kemudian mereka beriman dengan Allah yang
mengutus Nabi Musa dan membenarkan da’wah Nabi Musa, kemudian fir’aun thogut
laknatullah mengancam mereka dengan ancaman nyawa, akan tetapi mereka tetap
sabar dalam menghadapi semua itu. Ini dilukiskan Allah dalam firmaNya:
{قَالَ فِرْعَوْنُ
آمَنْتُمْ بِهِ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ إِنَّ هَذَا لَمَكْرٌ مَكَرْتُمُوهُ فِي
الْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا مِنْهَا أَهْلَهَا فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ لَأُقَطِّعَنَّ
أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلافٍ ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ * قَالُواْ
إِنَّا إِلَى رَبِّنَا مُنقَلِبُونَ * وَمَا تَنقِمُ مِنَّا إِلاَّ أَنْ آمَنَّا
بِآيَاتِ رَبِّنَا لَمَّا جَاءتْنَا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا
وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ*}
Artinya: Fir'aun berkata: "Apakah
kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu?, sesungguhnya
(perbuatan ini) adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota
ini, untuk mengeluarkan penduduknya dari padanya; maka kelak kamu akan
mengetahui (akibat perbuatanmu ini); demi, sesungguhnya aku akan memotong
tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian
sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya." Ahli-ahli sihir itu
menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali. Dan kamu tidak menyalahkan
kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika
ayat-ayat itu datang kepada kami." (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami,
limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah
diri (kepada-Mu)." (Q.S Al-A’raf : 123-126)
Dan Nabi Musapun menasehati mereka dengat
kalimat yang meneguhkan pendirian dan keyakinan mereka, allah berfirman:
{قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ
اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ
يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ}
Artinya: Musa berkata kepada
kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya
bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya
dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang
bertakwa." (Q.S Al-A’raf : 128)
Atau lihatlah kisahnya Nabi Ibrahim ‘Alaihi
Wasallam dan Nabi Muhammad Shollallahu ‘Alaihi wasallam, ketika kaumnya membuat
makar terkadap mereka maka mereka menyerahkan segala urusannya kepada Allah
Subuhanahu Wata’ala, ini terlukis jelas didalam hadits Rasulullah Shollallahu
‘Alaihi Wasallam diriwayatkan dalam Shohih Bukhari:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ {حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ
الْوَكِيلُ} قَالَهَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام حِينَ أُلْقِيَ فِي
النَّارِ وَقَالَهَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَالُوا
{إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا
وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ}
Artinya: Dari Ibu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu: “Hasbunallah
Wani’mal Wakil” dikatakan oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihi Wasallam ketika
dilempar kedalam api, dan dikatakan oleh Nabi Muhammad Shollallahu
‘Alaihi wasallam ketika orang-orang yang mengatakan:
"Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk
menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu
menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi
Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (H.R Bukhari, nomor
Hadits 4563)
Inilah manhaj yang harus kita terapkan dalam
kehidupan kita wahai saudaraku! Manhaj Nabawiyyah yang diwariskan oleh para
Nabi kita dalam menghadapi ancaman
musuh-musuh Allah. Iman yang kuat harus terus kokok dalam jiwa, kalimat
kebenaran harus terus mengalir dari bibir kita, persangkaan baik kita pada Allah harus terus tertanam dalam jiwa.
Jika kita seperti itu, maka ancaman
apapun tidak akan membuat kita berpaling dari kebenaran. Ketika menghadapi
ancaman makhluk, maka ingatlah dengan ancaman Allah untuk orang-orang yang
ingkar terhadapnya, maka insya Allah hati kita akan terus teguh dalam kebenaran
sampai datang ketentuan Allah.
Mari kita lihat
dan renungkan kisahnya para sahabat Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi
Wasallam! kisah dibawah ini dilukis jaga oleh syekh kami dalam bukunya: “ Yaa
Ummatal Islam Al’isti’la’u bil Iman”. Beginilah kisahnya:
1.Muhammad
Bin Ishak Berkata: “ Dari Ka’ab Al-Ahbar, sesungguhnya Habib Bin Zaid
menyebutkan kepadanya apa yang terjadi denganya. Musailamah Sang Pendusta menghalanginya diyamamah,
kemudian menanyakan kepadanya keadaan Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam
dan bertanya: “ apakah Engkau bersaksi sesungguhnya Muhammad Adalah Rasul
Allah? Dia menjawab: “iya”. kemudian ditanya lagi, apakah engkau menyaksikan
sesungguhnya Saya Rasul Allah? Maka dia menjawab: saya tidak mendengar,
kemudian Musailamah Laknatullah berkata kepadanya: “ apakah kamu mendengar ini
dan tidak mendengar itu? Dia menjawab: “iya” kemudian dia di potong sedikit
demi sedikit disetiap pertanyaanya, dan jawabanyapun tidak berubah sampai ia
mati ditangan Musailamah. Maka Ka’ab
berkata ketika dikatakan kepadanya nama Habib: “ Demi Allah dia adalah penghuni
yas namanya habib”.
2.Dari Abdullah Bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu
Berkata: “ orang-orang yang pertama kali menampakkan keislamanya ada tujuh:
Rasullah Shollallahu ‘alaihi waslallam, Abu bakar, Ammar dan Ibunya Samiyah,
Shohib, Bilal dan Miqdad. Adapun
Rasulullah dilindungi Allah melalui Pamanya Abu Tholib, dan adapun Abu Bakar
dilindungi oleh Kaumnya, dan adapun yang lainya diambil oleh orang-orang
musyrik. Mereka dirantai dengan besi dan dijemur diterik matahari, maka
tidaklah manusia keculi datang kepada apa yang mereka inginkan kecuali bilal,
maka sesungguhnya dia merendahkan dirinya kepada Allah dan kaumnya. Kemudian
mereka menyerahkanya pada anak-anak
kecil. anak-anak itu mengambilnya dan mengaraknya sepanjang
jalan dikota mekkah sedangkan bilal terus berka “ahad, ahad”.(Diriwayatkan
Imam Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi, Hakim Dan Menshohihkanya, Dan Ibnu
Habban Didalam Shohihnya)
3.Didalam Sira A’lamul Nubalaa’ : Dari Jalur
Muhammad Bin Khalid At-Thohan Ayah saya
menghabarkan kepada kami dari Daud dari
Sya’bi ia Berkata: “ adalah para tuanya bilal mereka berbaring diatas perutnya
bilal dan mereka mencegahnya dari islam dan mereka berkata: “ Agamamu Adalah
Lata Dan ‘Uzza, kemudian dia menjawab: “ tuhanku adalah Allah yang esa lagi maha Tunggal, jika aku mengetahui
kalimat yang lebih dari ini yang membuat kalian marah maka aku akan
mengatakanya. Maka lewatlah Abu Bakar kepada mereka, kemudian mereka berkata:
belilah saudaramu ini untuk kau bawa didalam agamamu, maka Abu Bakar membelinya
dengan empat puluh auqiyah, kemudian memerdekakanya. Mereka berkata: jika kamu
menolak untuk membelinya kecuali dengan saru auqiyah maka kami akan menjualnya.
Abu Bakar Menjawab: “ dan aku bersumpah demi Allah jika kalian abai (dengan
harga yang aku tawarkan) kecuali dengan harga segini dan segini maka sungguh
aku akan memebelinya”.
( Sanad Ini Adalah Mungqothi’, Dan Ini Termasuk
Riwayat Mursal As-Sya’by ).
Itulah beberapa kisah dari sekian banyak kisah
yang harus kita ambil pelajaran darinya, agar hati dan iman kita selalu teguh
dan kuat dalam jiwa ketika menghadapi segala cobaan yang datang dari makhluk.
Tidak sepantasnya rasa takut kita dikalahkan oleh rasa takut pada makhluq-Nya.
Cukuplah pada Allah tempat kita berlindung. Allah Subuhanahu Wata’ala
Berfirman:
{أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ
عَبْدَهُ وَيُخَوِّفُونَكَ
بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ* وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ
فَمَا لَهُ مِنْ مُضِلٍّ أَلَيْسَ اللَّهُ بِعَزِيزٍ ذِي انْتِقَامٍ* }
Artinya: Bukankah Allah cukup
untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan
(sembahan-sembahan) yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah maka
tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya. Dan barangsiapa yang diberi petunjuk
oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah
Maha Perkasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) mengazab? (Q.S Az-zumar:
36)
{وَعَلَى اللّهِ
فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ}
Artinya: dan kepada Allah-lah
hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal. (Q.S Al-Mujaadalah:10)
Ingatlah bahwa siapapun tidaka akan bisa
membahayakan kita kecuali atas kehendak allah, maka kita tidak perlu takut dengan
makar siapapun yang ingin menghancurkan semangat dalam menyuarakan dan
menegakkan kebenaran. Itulah hukum Allah Subuhanahu Wata’ala. Mohonlah pada
Allah agar kita dikuatkan hati dalam kebenaran dalam menegakkan hukum Allah
maka niscaya Allah akan memberikan kepada kita petunjuk-Nya, Allah Subuhanahu
Wata’ala Berfirman:
{إِنَّمَا يَعْمُرُ
مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ
وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
}
Artinya: Hanya yang memakmurkan
masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari
kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.(Q.S At-taubah:
18)
Maka adapun orang yang menghalang-halangi hamba
Allah yang meneggakkan hukum Allah dan melawan kesyirikan, tiadalah mereka
kecuali tentara-tentara syetan yang terlaknat, dan syetan adalah pemimpin bagi
orang-orang yang kafir. Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{إِنَّا جَعَلْنَا
الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ}
Artinya: Sesungguhnya Kami
telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang
tidak beriman. (Q.S Al-A’raf: 27)
Dan para thogut serta bala tentaranya
menjadikan syetan sebagai pemimpinya sebagaimana Allah Subuhanahu Wata’ala
Berfirman:
{إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا
الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ
مُهْتَدُونَ}
Artinya: Sesungguhnya mereka
menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira
bahwa mereka mendapat petunjuk. (Q.S Al-A’raf: 30)
Padahal makar syetan itu sunggu snagat lemah,
lalu kenapa kita harus takut? Dan na’udzubillahnya lagi adalah jika rasa takut itu
mengalahkan rasa takut kita pada Allah (dan jika telah sampai ditingkat ini
maka rasa takut itu akan menjadi menjadi syirik, itulah yang dinamakan dengan
syirik khauf)…wahai kaum muslimin, saya ingatkan lagi, bahwa tipu daya syetan
itu adalah lemah, sebagaimana Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ
كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ
الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفاً}
Artinya:Orang-orang yang beriman
berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan
thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu
daya syaitan itu adalah lemah. (Q.S An-nisaa’: 74)
Istiqomah adalah sangat
penting dalam berda’wah, yaitu selalu mengatakan kebenaran dalam keadaan apapun
dan kepada siapapun maka Insya Allah kita tidak akan takut terhadap siapapun
dan tidak akan gentar sedikitpun terhadap musuh manapun sebagaimana Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا
رَبُّنا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيها جَزَاءً بِما كَانُوا
يَعْمَلُونَ}
Artinya: Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian
mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni
surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka
kerjakan. (Q.S Al-ahqqaf :13-14)
Dizaman yang penuh dengan fitnah ini, berapa
banyak orang-yang murtad dari agama Allah baik secara sadar atau tidak sadar
itu salah satunya disebabkan karena ia terlalu takut kepada makhluk daripada
takut pada allah. Bahkan ia berani berbuat dan berkata yang itu mengeluarkan ia
dari islam hanya karena ia takut secara berlebih-lebihan pada makhluk. Kita
harus lebih hati-hati wahai hamba allah dalam hal yang semacam ini, kita tidak
boleh memudahkan lisan kita untuk mengikuti kata kufur mereka kecuali dalam
keadaan yang betul-betul darurat dan hanya satu keadaan itu yang dibolehkan
islam selain itu maka kita tidak boleh mengucapkan kata kufur. Dan itupun punya
syarat yaitu hati kita tetap beriman, dan tidak kurang sedikitpun rasa iman
kita pada allah, tidak timbul sedikitpun rasa wala’ kita pada mereka, kita
mengucapkannya hanya untuk selamat dari ancaman nyawa itu. Tapi jika selain
dari ancaman nyawa maka haram kita untuk mengucapkan kata kufur, cambukan dan
pukulan serta azab mereka lebih mulia bagi kita dari pada mengucapkan kata
kufur. Satu keadaan yang diperbolehkan islam itu adalah :
{إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ
وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا
فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنْ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ}
Artinya : “Barangsiapa yang kafir kepada Allah
sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa
kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan
tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah
menimpanya dan baginya azab yang besar” (Q.S An-nahl: 106)
Ini seperti yang terjadi pada kaum Nabi musa
‘alaihi wasallam, mereka menyembunyikan iman mereka karena takut terhadap azab
fir’aun. Allah berfirman:
{فَمَا آمَنَ لِمُوسَى
إِلَّا ذُرِّيَّةٌ مِنْ قَوْمِهِ عَلَى خَوْفٍ مِنْ فِرْعَوْنَ وَمَلَأِهِمْ أَنْ
يَفْتِنَهُمْ وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الْأَرْضِ وَإِنَّهُ لَمِنَ
الْمُسْرِفِينَ}
Artinya: Maka tidak ada yang beriman kepada
Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa
Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir'aun
itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk
orang-orang yang melampaui batas. (Q.S Yunus: 83)
Dan seperti ini pula yang terjadi pada kaum
muslimin yang ada di andalus dulu, mereka menyembunyikan rasa keimananya
dihadapam kaum dzolim pada saat itu. Seperti halnya juga yang dilakukan amar
bin yasir.
Akan tetapi jika waktu telah memungkinkan untuk
meneriakkan kata keimanan maka tidak boleh terus menyembunyikan keimanan kita,
bahkan wajib bagi kita untuk mendakwahkanya disetiap ummat yang kita temui. Dan
Insya Allah, Allah akan selalu bersama
kita. Dn begitulah yang dilakukan oleh orang-orang sebelum kita. Merekan hanya
menyembuntikan keImananya ketika diancam tapi jika keadaan sudah aman maka
mereka menampakkan keimananya dan mereka beribadah pada Allah sesuai dengan
keadaan dan kemampuan mereka.dan itulah yang diperintahkan oleh Rasulullah Shollallabu ‘Alaihi Wasallam
Sebagaimana Dalam Sabdnya:
عَنْ أَبِى عُبَيْدَةَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ
عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : أَخَذَ الْمُشْرِكُونَ عَمَّارَ بْنَ
يَاسِرٍ فَلَمْ يَتْرُكُوهُ حَتَّى سَبَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم-
وَذَكَرَ آلِهَتَهُمْ بِخَيْرٍ ثُمَّ تَرَكُوهُ فَلَمَّا أَتَى رَسُولَ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« مَا وَرَاءَكَ؟ ». قَالَ : شَرٌّ يَا رَسُولَ
اللَّهِ مَا تُرِكْتُ حَتَّى نِلْتُ مِنْكَ وَذَكَرْتُ آلِهَتَهُمْ بِخَيْرٍ.
قَالَ :« كَيْفَ تَجِدُ قَلْبَكَ؟ ». قَالَ : مُطْمَئِنًا بِالإِيمَانِ. قَالَ :«
إِنْ عَادُوا فَعُدْ ».
Artinya: Dari Abi Ubaidah Bin Muhammad Bin
Ammar Bin Yasir Dari Bapaknya Ia Berkata: Amar Bin Aysir di ambil oleh Kaum
Musyrikin dan tidak dilepasnya sampai ia menghina Rasulullah Shollallahu
‘Alaihi Wasallam, dan menyebutkan bahwa tuhan mereka baik. Kemudian mereka
meninggalkan Amar, ketika ia datang kepada Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi
Wasallam . Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya: apa yang ada dibelakangmu? Ia
Menjawab: kejelekan Wahai Rasulullah! Aku tidak ditinggalkanya sampai aku
mencacimu dan mengatakan bahwa tuhan mereka baik. Rasulullah Bersabda:
bagaimana dengan hatimu? Ia Menjawab: tenang dengan iman, Rasulullah Bersabda:
jika mereka pulang maka kembalilah ( keislam). (H.R Baihaqi)
Ini adalah dalil bahwa barang siapa yang mencaci maki Rasulullah Shollallahu
‘Alaihi Wasallam maka ia kafir.
Oleh karena itu perlu rasanya kita betul-betul merenungi janji-janji Allah
terhadap hamba yang betul-betul menyembah-Nya dan istiqomah terhadap itu, agar
hati terus terikat dengan ketakutan
terhadap Allah, bukan kepada yang
lain-Nya. Takut berbuat dan berkata yang mengeluarkan diri dari millah, dan
selalu ingat azab Allah terhadap orang yang melakukan hal itu. Ketika seorang hamba telah mencapai derajat
itu maka segala yang ia miliki akan dikorbankannya untuk Allah dan Agama-Nya.,
baik itu hartanya yaitu dengan cara menafkahkanya dijalan Allah atau bahkan
nyawanya sekalipun yaitu dengan berjihad dijalan Allah. Mereka akan saling
bersikap lemah lembut antar sesama muslim,
keras terhadap orang kafir dan munafik serta saling mencintai antara
satu sama lain dengan betul-betul cinta karena Allah. Dan meeka melakukan semua itu tanpa rasa takut terhadap
musuh-musuh Allah yang berusaha menghalang-halangi mereka dalam berinfak, jihad
dan wala’ terhadap sesama muslim. Inilah yang
digambarkan Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ
مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ
يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ}
Artinya: Hai orang-orang yang
beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah
akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan
yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. (Q.S Al-Maidah :54)
Ingatlah wahai hamba allah! Bagi yang telah
dikaruniai Allah harta atau rizki yang banyak maka infakkanlah sebahagian harta
anda dijalan Allah untuk kepentingan dakwah islam, dan janganlah takut terhadap
siapapun yang menghalang-halangi anda untuk infak dijalan Allah, dan jangan bersedih hati karena
kurangnya harta anda maka balasan yang berlipat ganda bagi anda disisi Allah,
Sebagaimana Allah Subhanahu Wata’ala Berfirman:
{مَثَلُ الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ
سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ
لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ * الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ ثُمَّ لا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنّاً وَلا أَذىً لَهُمْ أَجْرُهُمْ
عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}
Artinya: Perumpamaan (nafkah
yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.Orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa
yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan
mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati. (Q.S Al-Baqarah: 261-262)
Dan Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{الَّذِينَ يُنْفِقُونَ
أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهارِ سِرّاً وَعَلانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ
عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}
Artinya:
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di
siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala
di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (Q.S Al-Baqarah: 274)
Disini, kami membahas manhaj yang harus kita
lakukan ketika dihadapkan ancaman-ancaman yang berusaha memalingkan kita dari
kebenaran bahakan dengan azab itu mereka ingin kita murtad bersama mereka,
semoga Allah selalu melindungi kita dari
hal-hal seperti itu.
Oleh karena itu ketika kita dipaksa untuk
mengucapkan kalimat kufur maka istiqomahlah terhadap Tauhid, Bertakwalah kepada
Allah dan jangan biarkan kalimat kufur itu mengalir dari mulut kita, Kita
Selalu Mengikuti Petunjuk Allah Subuhanahu Wata’ala dan Petunjuk Rasulullah Shollallahu
‘Alaihi Wasallam Sebagaimana Allah Subuhanahu Wata’ala Berfirman:
{وَمَا نُرْسِلُ
الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}
Artinya: Dan tidaklah Kami
mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi
peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (Q.S Al-An’am: 48)
{فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ
مِنِّي هُدىً فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ
يَحْزَنُونَ}
Artinya: Kami berfirman:
"Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang
petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya
tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati." (Q.S Al-Baqarah: 38)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar