Sabtu, 14 Juli 2012

Venomena Universitas Masa Kini Adalah Bentuk Rancangan Musuh-Musuh Allah Dalam Menghancurkan Islam


 Sedikit kita merenung kembali sejarah yang telah berlalu untuk kita jadikan pelajaran dalam meniti jalan menuju keemasan dan kejayaan Islam.
Setelah perputaran zaman, dari kejayaan Islam kemasa kemunduranya, berubahlah keadaan Islam dan kaum Muslimin. Kekuatan Islam semakin melemah, musuh-musuh Allahpun dengan mudah memecah-mecah wilayah daulah Islamiyah menjadi negara-negara kecil. Diperparah lagi oleh banyaknya orang-orang kafir yang pura-pura masuk Islam, mereka mempelajari Islam untuk kemudian membuat syubhat dikalangan kaum Muslimin.
Setelah khilafah Islamiyah runtuh, kaum Musliminpun berada dibawah hukum orang-orang kafir. Sedikit demi sedikit Mereka rubah sendi-sendi kehidupan kaum Muslimin, mulai dari model berpolitik dan berhukum, model ekonomi bahkan sampai model pendidikan.
Jika kita merenung kembali proses pendidikan para ulama dalam mendidik dan mencetak generasi Rabbaniyyah, maka sungguh indah jalan yang mereka tempuh. Pendidikan melalui talaqqi di Masjid-masjid menghasilkan berjuta-juta ulama disetiap tahunnya.
            Bedahalnya dizaman kita ini, setelah proses belajar generasi Islam dirubah dari masjid kemodel sekolah dan Universitas maka setiap tahun mereka menghasilkan berjuta-juta magister dan doktor, tapi ulama semakin sedikit.
            Setelah generasi semakin melemah disebabkan mereka kurang fakih dalam masalah agamanya, disitulah tujuan dan niat mereka dalam menuntut ilmu tidak terarah lagi untuk murni dalam mendalami ilmu-ilmu Syari’ah yang itu merupakan kewajiban bagi mereka.
            Dengan adanya tingkatan-tingkatan belajar di Universitas yang kita kenal dengan bakelarius, majister dan doktor, tidak sedikit dari generasi-generasi Muslim menempuh pendidikan Universitas hanya untuk meraih syahadah dan gelar-gelar yang mengupas tipis keberkahan ilmu itu.
            Fenomena tetaplah venomena, realitapun tidak bisa kita pungkiri, semuanya terjadi seperti yang kita lihat dan rasakan, dan semua itu tidak ada yang bisa menafikannya. Keadaan univesitas  zaman kini yang semakin parah, dan itu sangat mempengaruhi pola pikir mahasiswanya. Fitnah besar yang sengaja dirancang rapi dalam jangka panjang oleh orang-orang kafir atau munafik ini adalah untuk meminimalisir lahirnya ulama-ulama dari kalangan kaum Muslimin. Mereka mengetahui betul, bahwa selama ulama banyak dikalangan kaum Muslimin maka mereka akan kesulitan untuk mempengaruhi generasi Muslim untuk mengikuti agama, manhaj atau pikiran mereka.
Semua ini merupakan skenario musuh-musuh Islam dalam proses penghancuran Islam. Maka jangan heran jika anda mendapatkan seorang doktor tapi sangat bodoh terhadap agamanya. Karena yang ia cari bukan ilmu akan tetapi gelar dan titel belaka, na’udzu billah.
Itulah keberhasilah kaum kafir melalui orang-orang munafik yang pura-pura masuk Islam, mereka merubah manhaj belajar generasi musim dari halaqah ke model tingkatan diUniversitas. Dan setiap tingkatan diberi penghargaan..dan alhasil semua itu berkerucut pada niat mahasiswa untuk kuliyah yaitu hanya untuk meraih gelar dan titel saja.
Silakan anda bandingkan antara pendidikan talaqqi dengan pendidikan Universitas…tentunya sangat jauh berbeda. Kerusakan yang ada di Universitas masa kini telah banyak sekali diantaranya:
Pertama: di Universitas kehadiranya akan di absen satu persatu, jika tidak hadir sekian kali maka tidak diperbolehkan mengikuti ujian. Ini sangat mempengaruhi pola pikir mahasiswanya. Yang kebanyakan mahasiswanya tujuan utama hadir untuk absen atau agar tidak di alpa, Ilmu adalah nomor sekian.
 Kedua: Model Belajar Universitas Masa Kini Adalah Model Belajar Ala Barat Yaitu Bertingkat.
Tidak sedikit dari mahasiswa Universitas yang telah tamat SI, S2 atau S3 belajar hanya berpatokan kepada pelajaran-pelajaran yang ada ditingkatanya. Sehingga setelah mereka melewati tingkatan itu mudzakirah, buku ataupun pelajaran yang telah mereka ujikan bernasib seperti sampah. Dengan adanya tingkatan ini, seakan-akan doktor adalah puncak akhir dari menuntut ilmu. Padahal tidak sedikit dari doktor-doktor yang ada, masih sangah bodoh terhadap agamanya, maka jadilah ijazah yang mereka dapatkan itu sebagai ijazah dusta (syahadatuzzur)...Allahu Musta’an...As’alullah Salamatan Wal’afiyah!!!!
Ketiga: Banyaknya Universitas Yang Bercampur Laki-Laki Dan Perempuan.
Keberkahan ilmu dari manakah yang kita cari dari model belajar seperti ini??? Sunnah manakah yang telah teraplikasi dalam Universitas yang model seperti ini???, tiada lain kecuali sunnah khabitsah (jelek) orang-orang kafir terlaknat. Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam tidak pernah mengajarkan ummatnya untuk menempuh jalan pendidikan seperti itu. Juga para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama kita melarang keras ikhtilath (campur laki-laki dan perempuan) apalagi dalam menuntut ilmu.
Dalam Universitas seperti ini, keberkahan ilmu hanya harapan yang hampa, sunnah Rasul pun terabaikan.
Ini adalah kerusakan yang paling fatal di Universitas..akhlaq dan adab terkikis habis, keadaan yang menimbulkan perzinahan. Perempuan-perempuan berdandan genit mengobar fitnah, berpenampilan ala barat. Jika anda menegurnya maka merekapun akan menjawab : ini zaman moderen anda jangan bersikap konservatif…Allahu musta’an
Keempat: Kerusakan Manhaj
Manhaj Nabawiyah dalam mendidik ummatnya adalah menguatkan akidah terlebih dahulu, yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-sunnah. Beda halnya dengan venomena Universitas masa kini, pelajaran tiap semester disusun sesuai dengan manhaj mereka, yang semua itu berserakan tak karuan, yang seharusnya lebih penting diakhirkan, bahkan yang tidak perlu dipelajari, malah itu yang menjadi pelajaran pertama disuguhkan kepada para mahasiswa.
Akidah lebih utama, bukan falsafat atau ilmu mantik. Alqur’an sumber rujukan utama, bukan perkataan orang-orang barat yang membuat syubhat para mahasiswa.
Ketika salah dalam menanamkan dasar maka salah pula arahanya. Maka jangan heran jika anda menemukan mahasiswa yang baru semester 1 atau semester dua pekerjaanya Hanya menuntut Allah, menuduh Allah dan Rasul-Nya dengan tuduhan-tuduhan keji. Seakan mereka pengatur dipermukaan bumi ini.
itu semua karena dasar  yang ditanam pertama kalinya adalah dasar pikiran orang-orang barat yang bersumber dari akal mereka yang khabits (jelek).
Menggugat Allah? Yang menciptakan dan memberikan rizki kepada mereka siapa? Bukankah Allah? Tapi begitulah keadaan orang-orang yang telah mati hatinya. Na’udzu billah (akan ada pembahasan khusus dalam masalah ini dilain waktu).
Ketima: Kerusakan Manhaj Dosen Dalam Mengajar
Tidak sedikit dosen di Universitas-Universitas masa kini yang mengajar mahasiswanya hal-hal yang tidak baik, seperti akidah-akidah sufiyah, liberalisme.
Atau dari segi waktu, saking semangatnya dalam mengajar, panggilan Allah untuk sholatpun diundur-undur. Semua ini akan mempengaruhi watak dan akhlak mahasiswa terhadap Allah dan makhluk.
Keenam: Kerusakan Bi’ah (Suasana)
Bisa disaksikan di banyak Universitas masa kini suasana yang ala barat, dari model penampilan rambut pakaian dan tata cara dalam bertutut kata. Ini semua dikarenakan tidak tegasnya orang-orang yang bertanggung jawab dalam Universitas dalam mendidik mereka, akidah wala’ dan bara’ sungguh sangat jauh. Akhlak dan adab Rasulullah tak tertanam jaga dalam diri mahasiswanya.
Terakhir, penulis ingin menyampaikan kepada umat Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wasallam umumnya…” kewajiban bagi kita untuk melindung diri dan keluarga kita, memberikan pendidikan yang islami pada anak dan generasi kita. Menjauhkan mereka dari hal-hal yang mebahayakan akidah dan akhlak mereka. Generasi rabbaniyah hanya tercipta dengan pendidikan rabbaniyah, ummat Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wasallam yang tangguh hanya tercipta melalui Pendidikan Nabawiyah. Maka lindungilah generasi kita dari  tempat-tempat yang telah kami gambarkan diatas dan arahkan mereka kepada model pendidikan yang islami ala nabawiyah.”
Semoga Allah melindungi kita semuanya, dan memberikan kepada kita ilmu yang berkah yang kemudian kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari….Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar